Minggu, 22 Februari 2009

Kata orang, wanita adalah ciptaan Tuhan yang paling indah. Karena itu, banyak orang mengibaratkan wanita mereka seperti bunga. Bunga mawar, melati, kenanga, anggrek, atau bunga apapun yang berwarna indah dan berbau harum. Tapi pernahkah mereka sadari bahwa keindahan dan kecantikan bunga bunga itu hanya sementara? Pada akhir masanya, bunga itu akan kehilangan wangi juga warna indahnya yang menggoda. Pada saat itu, bunga takkan lagi dianggap sebagai sesuatu yang indah bagi orang orang di sekitarnya. Itukah wanita yang adalah ciptaan Tuhan yang paling indah?

Aku suka mengibaratkan perempuanku sebagai pohon beringin. Bukan karena dia tak cantik walau dia memang tak terlalu cantik. Lang cukup enak dilihat sebagai seorang gadis afro. Kulitnya tak terlalu hitam, dengan rambut berombak yang selalu dipotong pendek dan wajah yang spesifik buatku. Bukan juga karena gadisku tak wangi walaupun aku sering mencium aroma vanilla dari tubuh dan rambutnya yang tak pernah bisa tampak cukup rapi buatku.

Perempuanku memang tidak seperti putri putri yang datang dari negeri dongeng. Baju kebangsaannya hanya kaos dan celana jeans belel. Alas kakinya juga hanya sneakres coklat muda yang tak kalah kucel dengan dirinya. Dia tak pernah ribut dengan tren masa kini atau make up macam macam yang biasa diributkan para gadis pada umumnya. Gadisku memang luar biasa. Dia indah dengan caranya, tapi juga menarik dengan cara orang orang umumnya.

Perempuanku tak pernah mengeluh jijik atau capek karena menemaniku berjalan jalan keliling kota dengan motor bututku, duduk makan di cafe tenda pinggir jalan atau sekedar mencangkung sore di balai pemuda. Dia memang perempuanku yang terliat.

Aku tak pernah peduli dengan kata orang tentangnya. Apapun yang orang bilang, dia akan tetap jadi perempuan terbaik kedua dalam hidupku, setelah ibuku. Buat dia, aku selalu mencintaimu. Dimanapun kamu berada sekarang. Seperti katamu, cinta kita abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar