Minggu, 22 Februari 2009

XileM

aku susuri jalan jalan yang dulu pernah kita lewati.

aku tapaki hutan hutan yang dulu pernah kita jelajahi.

aku rindu kamu,kalo kamu mau tau.

sedih rasanya kalo aku lewat di depan tokomu tapi nggak bisa menemui kamu.

disana selalu saja banyak wanita yang duduk, bicara menemanimu.

sementara aku disini, hanya bisa menatap sambil tersenyum getir.

sakit rasanya, kalo aku nggak bisa bicara denganmu, sementara aku disini hampir mati karena mencintaimu.

nggak adil buatku, ketika aku sekarat disini, kamu masih bisa bersenang senang disana dengan gadis-gadismu.

sementara aku?

bukannya aku sebegitu putus asanya, sehingga rela mati menanti cintamu.

banyak yang ingin miliki aku.

ya, setidaknya tubuhku..tapi aku terbelenggu.

terbelenggu dengan belenggu ciptaanku, saat aku belajar mencintai.mencintaimu.

aku bahkan sudah tak paham lagi arti mencintai.

aku hanya bisa mengucapkannya berulang ulang, seperti orang gila yang gusar karena kehilangan miliknya.

benda yang berharga, setidaknya bagi hatinya.

aku rindu, kalo kamu mau tau.

tapi aku juga nggak mau terus bersamamu.

jika mencintaimu merupakan sebuah kesalahan, maka berikanlah aku jalan yang benar. jangan terus mengurungku seperti kelinci yang hilang arah.

aku sakit, kalo kamu mau tau.

sakit karena dirimu.

merindukan, sekaligus membencimu.

menginginkan, sekaligus menolakmu.

aku rindu. rindu saat aku duduk bersamamu

menghisap sebatang rokok untuk berdua, atau sekedar bernyanyi lagu yang sumbang,tapi menyenangkan.

aku rindu.

rindu saat kamu menggambar diatas tubuhku.

aku suka melihatmu gugup seperti itu. lucu.

tapi kenapa kini aku yang terluka karenamu?

kupikir saat saat seperti itu takkan pernah berlalu.

tapi kenapa kini pergi?

aku rindu.

maka kuhisap rokokku yang ke tujuh buat hari ini.

kunikmati.

kuhembuskan kuat kuat asapnya.

berharap asap putih yang tipis itu menunjukkanku wajahmu.

tapi aku membencimu.

kubiarkan jalan itu melahapku.

menelanku dengan panas aspal yang berpadu dengan matahari bumi ini.

kubiarkan dia melumatku tuntas.

berharap kenangan kenangan itu juga akan lumat dengan tubuhku.

biar saja aku hancur, asal kenangan itu tak lagi bersamaku.

biar, aku pergi.

aku tak lagi ingin rindu.

apalagi rindu kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar